IMPERIALISME DI AFRIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kata Imperialisme berasal dari bahasa latin yakni Imperium yang memiliki arti
perintah. Istilah Imperium ini pertama kali digunakan oleh Inggris pada tahun
1870 dan 1855. Imperialisme sendiri berarti suatu usaha untuk memperoleh
hubungan yang erat antara bagian-bagian kerajaan Inggris dengan negeri induk,
baik hubungan cultural maupun mengadakan perjanjian politik dan militer[1].
Pada perkembanganya kata Imperialisme mengalami perubahan arti yakni yang
semula yang memiliki arti perintah berubah menjadi hak memerintah atau
kekuasaan memerintah, lalu istilah Imperialisme ini berkembang lagi menjadi
sebuah daerah di mana kekuasaan memerintah dilaksanakan.
Melalui imperialisme, tanah jajahan menjadi
simbol dengan keperluan ekonomi negara induknya dalam hal ini adalah negara
yang menjajah. Melalui Imperialisme ini pula sebuah negara akan menjadi mandiri tanpa harus bergantung
kepada negara lain. Dalam pelakasanaan Imperialisme ini dasar ekonomi yang
ketat dan kuat sangat diperlukan oleh sebuah negara untuk mengawasi tanah
jajahannya supaya tidak menjalin hubungan perdagangan dengan negara-negara
lainnya kecuali dengan negara induk. Tanah jajahan juga harus diawasi dalam mengembangkan
kegiatan ekonominya supaya tidak dapat menyaingi kegiatan ekonomi di negara
induk.
Hal ini juga terjadi di Afrika. Sebagai sebuah
benua yang besar, Afrika memiliki banyak sekali kekayaan alam, baik kekayaan
sumber daya hayati, hewani, manusia, dan kekayaan sumber daya alamnya. Kekayaan
ala mini misalnya seperti yang ada di negara Afrika Selatan yang memiliki
kekayaanyaan alam berupa barang tambang berupa emas yang merupakan salah satu
tambang emas yang terbesar di dunia, selain itu Afrika juga mempunyai sumber
tenaga manusia yang cukup banyak dan murah yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan industri di negara-negara Barat yang pada saat itu sedang memasuki
fase revolusi industri. Dengan kekayaan yang dimiliki oleh benua hitam ini, tak
pelak mengundang perhatian bangsa-bangsa di Eropa yang pada masa itu masih
banyak melakukan penjelajahan di seluruh belahan bumi, tak terkecuali di
Afrika. Dengan datangnya bangsa barat ke Afrika ini telah menandai dimulainya
masa imperialisme di Afrika.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang disusun adalah sebagai
berikut:
1.
Apa yang
melatarbelakangi kedatangan bangsa Barat ke Afrika?
2.
Bagaimana proses
imperialisme bangsa Barat di Afrika berjalan?
3.
Apa dampak dari
imperialisme di Afrika?
C.
Tujuan
Dari
rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari penulisan masalah dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui hal-hal dan
faktor-faktor yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Barat ke Afrika.
2.
Mendeskripsikan proses imperialisme
bangsa Barat di Afrika dijalankan.
3.
mengetahui dampak dari
imperialisme di Afrika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Kedatangan Bangsa Barat Ke Afrika
Latar
belakang kedatangan bangsa Barat ke Afrika sama dengan kedatangan bangsa Barat
ke benua-benua lainnya di belahan dunia lainnya. Adapun yang melatarbelakangi
kedatangan dari bangsa Barat ini adalah faktor-faktor pendorong yang mendorong
bangsa Barat untuk datang ke Afrika, adapun faktor-faktor pendorong tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Faktor
sumber daya alam dan sumber daya manusia
2. Faktor
ekonomi
3. Faktor
ingin memperluas wilayah jajahan.
Dari
ketiga faktor tersebut menjadi alasan dari bangsa Barat untuk menguasai wilayah
Afrika, selain faktor-faktor tersebut didukung pula semangat yanh ditimbulkan
dari semboyan dari 3 G, yaitu Glory,
Gold, dan Gospel. Glory memiliki arti kejayaan, Gold memiliki arti mencari
kekayaan, dan Gospel memiliki arti menyebarkan agama, dalam hal ini adalah
agama Nasrani, dari semboyan 3G ini menyebabkan banyak sekali negara-negara
Barat untuk merealisasikannya, khususnya
semboyan Glory yang berarti kejayaan ini menimbulkan semangat besar yang
menyebabkan banyak negara-negara Eropa yang berlomba-lomba untuk mencari tanah
jajahan di berbagai wilayah lain di belahan bumi seperti di benua Asia, benua
Amerika, dan tak terkecuali di benua Afrika sebagai upaya untuk mendapatkan
kejayaan dan harga diri yang lebih tinggi dari negara-negara Eropa lainnya,
oleh karena itu mereka, berusaha mendapatkan wilayah jajahan yang kaya akan
sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang ada di wilayah-wilayah
tersebut yang nantinya dari kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan untuk
keperluan di berbagai bidang, terutama bidang Industri dan ekonomi, dengan kata
lain tanah jajahan diwujudkan semata-mata untuk mengumpulkan dan menyimpan
keperluan bahan mentah dari wilayah-wilayah jajahan dan menjadi pasaran untuk
hasil keluaran industri negara. Tak terkecuali sumber daya manusianya, karena
dengan adanya pemanfaatan dari sumber daya manusia ini sudah jelas membantu
negara-negara barat dalam bidang industri terutama dalam hal produksi, karena
mereka mendapatkan suntikan dari tenaga-tenaga manusia yang mereka rekrut dari
wilayah jajahannya yang jelas tenaga-tenaga manusia dari negara jajahan mereka
ini sangat murah sehingga dapat menekan pengeluaran dari proses produksi industr
tersebut.
B.
Proses
Kedatangan Bangsa Barat ke Afrika
Sebelum
terjadinya imperialisme di Afrika, sebenarnya sejak awal abad ke 15 Afrika
sudah melakukan hubungan negara-negara di Eropa, hubungan antara negara-negara
di Eropa, yaitu pertama-tama dilakukan oleh orang-orang Portugis dengan Afrika,
terutama Afrika di daerah Sub Sahara. Hubungan antara Eropa dalam hal ini
Portugis dengan Afrika ini awalnya ketika Portugis merebut pulau Ceuta dari
tangan orang-orang Islam, lalu menduduki Tanjung Bojagor, Tanjung Verde,
Tanjung Palmas, dengan menduduki tanjung-tanjung tersebut maka pengaruh
Portugis semakin meluas di pantai-pantai Afrika[2].
Terlebih lagi ketika pelaut Portugis telah berhasil mencapai garis ekuator atau
garis lintang 00, tepatnya di Sungai Kongo. Pengaruh Portugis ini semakin kuat
dengan Bartholomeus Diaz yang berhasil mencapai Tanjung Harapan dan disusul
oleh Vasco Da Gama yang berhasil mengelilingi tanjung ini sebelum berlayar
menuju India pada tahun 1497. Portugis semakin kokoh di Afrika setelah
disepakatainya perjanjian Tordesillas pada tahun 1494 yang mana Spanyol, yang
pada saat itu juga merupakan negara pesaing Portugis dalam mencari tanah
jajahan tidak diperkenankan menanamkan pengaruh di Afrika. Dengan menguasai
Afrika secara penuh membuat Portugis membangun benteng di pantai barat Afrika
tepatnya di pantai Mas, benteng tersebut dikenal dengan nama benteng Elmina.
Kemudian Portugis pada tahun 1597 membentuk koloni di Angola. Hal inilah yang
menyebabkan Portugis semakin kuat dalam menanamkan pengaruhnya selama 75 tahun
di Afrika tanpa ada negara-negara Eropa lainnya yang mengganggu kedudukan
Portugis di Afrika.
Dengan
kedatangan dari bangsa Portugis inilah kemudian memancing bangsa-bangsa dari
negara-negara Eropa lainnya sehingga untuk datang ke Afrika, hal ini pula yang
menyebabkan kekuatan Portugis di Afrika yang sudah hampir 75 tahun kokoh tanpa
ada ada gangguan akhirnya tergoyahkan pula, karena pada perkembangannya banyak
negara-negara di Eropa yang akhirnya membangun benteng-benteng perdagangan di
wilayah-wilayah Afrika lainnya yang jelas sangat mengganggu Portugis. Dengan
datangnya bangsa-bangsa Eropa inilah yang menyebabkan timbulnya imperialisme di
Afrika, adapun negara-negara Eropa yang menjalankan politik Imperialisme di Afrika
adalah
1. Inggris
Inggris
merupakan salah satu negara yang pertamakali menggunakan politik Imperialisme
untuk menguasai suatu wilayah tertentu, tak terkecuali wilayah-wilayah di
Afrika. Adapun wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Inggris,
adalah Mesir, Tanah Basuto, tanah Bechuana, Cameroon, Somali, Gambia, Pantai
Mas, Kenya, Nigeria, Rhodesia Utara dan Selatan, Tanah Nyasa, Tanah Swazi,
Sudan, Uganda, Zanzibar, Afrika Selatan dan Barat Daya.
Dalam
menjalankan politik Imperialismenya, Inggris menggunakan beberapa pola untuk
mempertahankan wilayah jajahannya, antara lain sebagai berikut:
a. Pola Politik C. Khodes
Politik kolonial ini dilakukan dengan penekanan kepada
kepentingan imperium Inggris atau kepentingan kaum kolonis di koloni.
b. Pola Politik D. Livingstone.
Pada politik ini menekankan kepada pertanggungjawaban sebagai
pembimbing untuk bumi putera.
c. Sistem pemerintahan In Direct Rule
Sistem pemerintahan In
Direct Rule adalah sistem pemerintahan tidak langsung, yaitu sistem
pemerintahan yang dilkasanakan melalui birokrasi-birokrasi yang ada.
d. Pola politik yang dilakukan oleh Inggris yang
lain terhadap wilayah-wilayah jajahannya di Afrika adalah dengan membiarkan
tetap berlangsungnya kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi, adat istiaat yang
telah lama berlaku di tanah jajahannya.
e. Pola politik lain yang dilakukan oleh Inggris di
tanah jajahannya adalah dengan membimbing penduduk di tanah jajahan ke arah
pemerintahan sendiri yang mandiri secara pelan-pelan atau evolusioner.
2. Perancis
Adapun
wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Perancis, adalah Aljazair,
Cameroon, Somali, Afrika Barat, Madagaskar, Maroko, Togo dan Tunisia. Dalam
menjalankan politik Imperialismenya, Perancis menjalankan pola-pola politik
sebagai berikut:
a. Politik
Asimilasi/Percampuran
Dalam hal ini orang-orang pribumi di Afrika diperlakukan sama
dengan orang Prancis, perlakuan yang sama ini diberikan disegala bidang
kehidupan antara lain: Pendidikan, hukum, Sosial ekonomi maupun hak yang sama
dalam Parlemen.
b. Politik Asosiasi
Pada politik ini maka Prancis melebur orang pribumi dan
mencetak kembali menjadi orang orang yang berjiwa Prancis.
c. Politik Devide At
Impera
Politik ini dilakukan dengan memecah belah penduduk pribumi
sehingga lebih mudah untuk dikuasai.
d. Politik Conversion au
Cristianisme
Politik ini dilakukan dengan cara mengadakan Kristenisasi
terhadap penduduk pribumi.
3. Spanyol
Adapun
wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Spanyol, adalah Ifni, Rio de
Oro, Guinea dan Maroko.
4. Portugis
Adapun
wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Portugis, adalah Angola,
Mozambique, Guinea dan Afrika Selatan.
5. Italia
Adapun
wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Italia, adalah Libia,
Eritrea dan Somalia.
C.
Dampak
Imperialisme di Afrika
Dampak
imperialisme negara-negara Barat di Afrika adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Afrika
a.
Mengenal adanya
teknologi modern
b.
Mengenal sistem
perdagangan dan pemerintahan yang lebih baik
c.
Sumber daya alam
diambil oleh bangsa barat
2.
Bagi negara Barat
a.
Mendapatkan tenaga
kerja yang murah
b.
Mendapatkan SDA yang
dapat meningkatkan ekonomi negaranya
c.
Banyak mengeluarkan
dana untuk memperluas wilayah jajahan
d.
Timbulnya persaingan
untuk memperebutkan wilayah kekuasaan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Darsiti,
Soeratman. 1965. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern: Jilid I. Yogyakarta:
Vita.
------------------------,
1974. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern: Jilid II. Yogyakarta: Vita.
Mudjihardjo,
J.B.M., Persaingan Bangsa Eropa Berebut Koloni di Afrika. Handout Sejarah
Afrika.
Sumber Internet:
Kurang spesifik tanggal dan pelaku sejarahnya
BalasHapus