Jumat, 19 April 2013


IMPERIALISME DI AFRIKA

 BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kata Imperialisme berasal dari bahasa latin yakni Imperium yang memiliki arti perintah. Istilah Imperium ini pertama kali digunakan oleh Inggris pada tahun 1870 dan 1855. Imperialisme sendiri berarti suatu usaha untuk memperoleh hubungan yang erat antara bagian-bagian kerajaan Inggris dengan negeri induk, baik hubungan cultural maupun mengadakan perjanjian politik dan  militer[1]. Pada perkembanganya kata Imperialisme mengalami perubahan arti yakni yang semula yang memiliki arti perintah berubah menjadi hak memerintah atau kekuasaan memerintah, lalu istilah Imperialisme ini berkembang lagi menjadi sebuah daerah di mana kekuasaan memerintah dilaksanakan.
Melalui imperialisme, tanah jajahan menjadi simbol dengan keperluan ekonomi negara induknya dalam hal ini adalah negara yang menjajah. Melalui Imperialisme ini pula sebuah negara  akan menjadi mandiri tanpa harus bergantung kepada negara lain. Dalam pelakasanaan Imperialisme ini dasar ekonomi yang ketat dan kuat sangat diperlukan oleh sebuah negara untuk mengawasi tanah jajahannya supaya tidak menjalin hubungan perdagangan dengan negara-negara lainnya kecuali dengan negara induk. Tanah jajahan juga harus diawasi dalam mengembangkan kegiatan ekonominya supaya tidak dapat menyaingi kegiatan ekonomi di negara induk.
Hal ini juga terjadi di Afrika. Sebagai sebuah benua yang besar, Afrika memiliki banyak sekali kekayaan alam, baik kekayaan sumber daya hayati, hewani, manusia, dan kekayaan sumber daya alamnya. Kekayaan ala mini misalnya seperti yang ada di negara Afrika Selatan yang memiliki kekayaanyaan alam berupa barang tambang berupa emas yang merupakan salah satu tambang emas yang terbesar di dunia, selain itu Afrika juga mempunyai sumber tenaga manusia yang cukup banyak dan murah yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri di negara-negara Barat yang pada saat itu sedang memasuki fase revolusi industri. Dengan kekayaan yang dimiliki oleh benua hitam ini, tak pelak mengundang perhatian bangsa-bangsa di Eropa yang pada masa itu masih banyak melakukan penjelajahan di seluruh belahan bumi, tak terkecuali di Afrika. Dengan datangnya bangsa barat ke Afrika ini telah menandai dimulainya masa imperialisme di Afrika.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang disusun adalah sebagai berikut:
1.         Apa yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Barat ke Afrika?
2.         Bagaimana proses imperialisme bangsa Barat di Afrika berjalan?
3.         Apa dampak dari imperialisme di Afrika?

C.      Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari penulisan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Mengetahui hal-hal dan faktor-faktor yang melatarbelakangi kedatangan bangsa Barat ke Afrika.
2.         Mendeskripsikan proses imperialisme bangsa Barat di Afrika dijalankan.
3.         mengetahui dampak dari imperialisme di Afrika.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat Ke Afrika
Latar belakang kedatangan bangsa Barat ke Afrika sama dengan kedatangan bangsa Barat ke benua-benua lainnya di belahan dunia lainnya. Adapun yang melatarbelakangi kedatangan dari bangsa Barat ini adalah faktor-faktor pendorong yang mendorong bangsa Barat untuk datang ke Afrika, adapun faktor-faktor pendorong tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Faktor sumber daya alam dan sumber daya manusia
2.    Faktor ekonomi
3.    Faktor ingin memperluas wilayah jajahan.
Dari ketiga faktor tersebut menjadi alasan dari bangsa Barat untuk menguasai wilayah Afrika, selain faktor-faktor tersebut didukung pula semangat yanh ditimbulkan dari semboyan dari  3 G, yaitu Glory, Gold, dan Gospel. Glory memiliki arti kejayaan, Gold memiliki arti mencari kekayaan, dan Gospel memiliki arti menyebarkan agama, dalam hal ini adalah agama Nasrani, dari semboyan 3G ini menyebabkan banyak sekali negara-negara Barat untuk merealisasikannya,  khususnya semboyan Glory yang berarti kejayaan ini menimbulkan semangat besar yang menyebabkan banyak negara-negara Eropa yang berlomba-lomba untuk mencari tanah jajahan di berbagai wilayah lain di belahan bumi seperti di benua Asia, benua Amerika, dan tak terkecuali di benua Afrika sebagai upaya untuk mendapatkan kejayaan dan harga diri yang lebih tinggi dari negara-negara Eropa lainnya, oleh karena itu mereka, berusaha mendapatkan wilayah jajahan yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang ada di wilayah-wilayah tersebut yang nantinya dari kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan di berbagai bidang, terutama bidang Industri dan ekonomi, dengan kata lain tanah jajahan diwujudkan semata-mata untuk mengumpulkan dan menyimpan keperluan bahan mentah dari wilayah-wilayah jajahan dan menjadi pasaran untuk hasil keluaran industri negara. Tak terkecuali sumber daya manusianya, karena dengan adanya pemanfaatan dari sumber daya manusia ini sudah jelas membantu negara-negara barat dalam bidang industri terutama dalam hal produksi, karena mereka mendapatkan suntikan dari tenaga-tenaga manusia yang mereka rekrut dari wilayah jajahannya yang jelas tenaga-tenaga manusia dari negara jajahan mereka ini sangat murah sehingga dapat menekan pengeluaran dari proses produksi industr tersebut.

B.       Proses Kedatangan Bangsa Barat ke Afrika
Sebelum terjadinya imperialisme di Afrika, sebenarnya sejak awal abad ke 15 Afrika sudah melakukan hubungan negara-negara di Eropa, hubungan antara negara-negara di Eropa, yaitu pertama-tama dilakukan oleh orang-orang Portugis dengan Afrika, terutama Afrika di daerah Sub Sahara. Hubungan antara Eropa dalam hal ini Portugis dengan Afrika ini awalnya ketika Portugis merebut pulau Ceuta dari tangan orang-orang Islam, lalu menduduki Tanjung Bojagor, Tanjung Verde, Tanjung Palmas, dengan menduduki tanjung-tanjung tersebut maka pengaruh Portugis semakin meluas di pantai-pantai Afrika[2]. Terlebih lagi ketika pelaut Portugis telah berhasil mencapai garis ekuator atau garis lintang 00, tepatnya di Sungai Kongo. Pengaruh Portugis ini semakin kuat dengan Bartholomeus Diaz yang berhasil mencapai Tanjung Harapan dan disusul oleh Vasco Da Gama yang berhasil mengelilingi tanjung ini sebelum berlayar menuju India pada tahun 1497. Portugis semakin kokoh di Afrika setelah disepakatainya perjanjian Tordesillas pada tahun 1494 yang mana Spanyol, yang pada saat itu juga merupakan negara pesaing Portugis dalam mencari tanah jajahan tidak diperkenankan menanamkan pengaruh di Afrika. Dengan menguasai Afrika secara penuh membuat Portugis membangun benteng di pantai barat Afrika tepatnya di pantai Mas, benteng tersebut dikenal dengan nama benteng Elmina. Kemudian Portugis pada tahun 1597 membentuk koloni di Angola. Hal inilah yang menyebabkan Portugis semakin kuat dalam menanamkan pengaruhnya selama 75 tahun di Afrika tanpa ada negara-negara Eropa lainnya yang mengganggu kedudukan Portugis di Afrika.
Dengan kedatangan dari bangsa Portugis inilah kemudian memancing bangsa-bangsa dari negara-negara Eropa lainnya sehingga untuk datang ke Afrika, hal ini pula yang menyebabkan kekuatan Portugis di Afrika yang sudah hampir 75 tahun kokoh tanpa ada ada gangguan akhirnya tergoyahkan pula, karena pada perkembangannya banyak negara-negara di Eropa yang akhirnya membangun benteng-benteng perdagangan di wilayah-wilayah Afrika lainnya yang jelas sangat mengganggu Portugis. Dengan datangnya bangsa-bangsa Eropa inilah yang menyebabkan timbulnya imperialisme di Afrika, adapun negara-negara Eropa yang menjalankan politik Imperialisme di Afrika adalah
1.    Inggris
Inggris merupakan salah satu negara yang pertamakali menggunakan politik Imperialisme untuk menguasai suatu wilayah tertentu, tak terkecuali wilayah-wilayah di Afrika. Adapun wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Inggris, adalah Mesir, Tanah Basuto, tanah Bechuana, Cameroon, Somali, Gambia, Pantai Mas, Kenya, Nigeria, Rhodesia Utara dan Selatan, Tanah Nyasa, Tanah Swazi, Sudan, Uganda, Zanzibar, Afrika Selatan dan Barat Daya.
Dalam menjalankan politik Imperialismenya, Inggris menggunakan beberapa pola untuk mempertahankan wilayah jajahannya, antara lain sebagai berikut:
a.    Pola Politik C. Khodes
Politik kolonial ini dilakukan dengan penekanan kepada kepentingan imperium Inggris atau kepentingan kaum kolonis di koloni.
b.    Pola Politik D. Livingstone.
Pada politik ini menekankan kepada pertanggungjawaban sebagai pembimbing untuk bumi putera.
c.    Sistem pemerintahan In Direct Rule
Sistem pemerintahan In Direct Rule adalah sistem pemerintahan tidak langsung, yaitu sistem pemerintahan yang dilkasanakan melalui birokrasi-birokrasi yang ada.
d.   Pola politik yang dilakukan oleh Inggris yang lain terhadap wilayah-wilayah jajahannya di Afrika adalah dengan membiarkan tetap berlangsungnya kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi, adat istiaat yang telah lama berlaku di tanah jajahannya.
e.    Pola politik lain yang dilakukan oleh Inggris di tanah jajahannya adalah dengan membimbing penduduk di tanah jajahan ke arah pemerintahan sendiri yang mandiri secara pelan-pelan atau evolusioner.
2.    Perancis
Adapun wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Perancis, adalah Aljazair, Cameroon, Somali, Afrika Barat, Madagaskar, Maroko, Togo dan Tunisia. Dalam menjalankan politik Imperialismenya, Perancis menjalankan pola-pola politik sebagai berikut:
a.    Politik Asimilasi/Percampuran
Dalam hal ini orang-orang pribumi di Afrika diperlakukan sama dengan orang Prancis, perlakuan yang sama ini diberikan disegala bidang kehidupan antara lain: Pendidikan, hukum, Sosial ekonomi maupun hak yang sama dalam Parlemen.
b.    Politik Asosiasi
Pada politik ini maka Prancis melebur orang pribumi dan mencetak kembali menjadi orang orang yang berjiwa Prancis.
c.    Politik Devide At Impera
Politik ini dilakukan dengan memecah belah penduduk pribumi sehingga lebih mudah untuk dikuasai.
d.   Politik Conversion au Cristianisme
Politik ini dilakukan dengan cara mengadakan Kristenisasi terhadap penduduk pribumi.
3.    Spanyol
Adapun wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Spanyol, adalah Ifni, Rio de Oro, Guinea dan Maroko.
4.    Portugis
Adapun wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Portugis, adalah Angola, Mozambique, Guinea dan Afrika Selatan.
5.    Italia
Adapun wilayah-wilayah di Afrika yang telah dikuasai oleh Italia, adalah Libia, Eritrea dan Somalia.

C.      Dampak Imperialisme di Afrika
Dampak imperialisme negara-negara Barat di Afrika adalah sebagai berikut:
1.         Bagi Afrika
a.         Mengenal adanya teknologi modern
b.        Mengenal sistem perdagangan dan pemerintahan yang lebih baik
c.         Sumber daya alam diambil oleh bangsa barat
2.         Bagi negara Barat
a.         Mendapatkan tenaga kerja yang murah
b.        Mendapatkan SDA yang dapat meningkatkan ekonomi negaranya
c.         Banyak mengeluarkan dana untuk memperluas wilayah jajahan
d.        Timbulnya persaingan untuk memperebutkan wilayah kekuasaan


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:
Darsiti, Soeratman. 1965. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern: Jilid I. Yogyakarta: Vita.
------------------------, 1974. Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern: Jilid II. Yogyakarta: Vita.
Mudjihardjo, J.B.M., Persaingan Bangsa Eropa Berebut Koloni di Afrika. Handout Sejarah Afrika.
Sumber Internet:

1 komentar: